LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
MATA KULIAH NUTRISI IKAN
Oleh
A S W A R
E 271 09 016
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. karena atas rahmat dan Hidayah-Nyalah, sehingga
laporan lengkap praktikum mata kuliah
Nutrisi Ikan dapat tersusun dengan baik dan terselesaikan dengan tepat waktu. Maksud penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Nutrisi
Ikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Desiana T. Tobigo., M.Si sebagai dosen
Koordinator mata kuliah Nutrisi Ikan dan kepada
asisten-asisten praktikum Nutrisi Ikan,
karena telah memberikan bimbingan dan arahan yang baik kepada penulis dalam melaksanakan praktikum.
Dalam penulisan laporan lengkap ini,
mungkin
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun, sangat
penulis harapkan guna pembuatan
laporan lengkap selanjutnya.
Palu, Desember 2011
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan berbagai
potensi sumberdaya alam yang melimpah dan belum
terkelola dengan baik. Salah satu yang
dapat dilakukan untuk memanfaatkan sumberdaya
alam tersebut adalah dengan usaha budidaya (aquakultur). Usaha budidaya akhir-akhir
ini menjadi sesuatu yang banyak diminati
oleh masyarakat,
karena memiliki potensi yang cukup besar. Untuk mewujudkan adanya usaha budidaya dengan
produksi yang tinggi tentunya tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
faktor makanan
Di dalam budidaya ikan,
formula pakan ikan harus mencukupi kebutuhan
gizi ikan yang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino
esensial), lemak (asam
lemak esensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral. Mutu
pakan akan
tergantung pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh
ikan. Akan tetapi,
perihal gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan
dikarenakan banyaknya
interaksi yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan
setelah penyerapan di
dalam pencernaan ikan.
Pakan bermutu umumnya tersusun dari bahan baku
pakan yang bermutu yang dapat berasal dari berbagai sumber dan sering kali
digunakan karena sudah tidak lagi dikonsumsi oleh manusia. Pemilihan bahan baku
tersebut tergantung pada: kandungan bahan gizinya; kecernaannya dan daya serap
ikan; tidak mengandung anti nutrisi dan zat racun; tersedia dalam jumlah banyak
dan harga relatif murah. Umumnya bahan baku berasal dari material tumbuhan dan
hewan. Ada juga beberapa yang berasal dari produk samping atau limbah industri
pertanian atau peternakan. Bahan-bahan tersebut dapat berupa kacang ijo, dedak
halus, tepung terigu, tepung ikan, tepung jagung, bungkil kacang tanah, dll. Di
dalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus mencukupi kebutuhan gizi
ikan yang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino esensial), lemak (asam lemak
esensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral. Mutu pakan akan tergantung
pada tingkatan dari bahan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Akan tetapi, perihal
gizi pada pakan bermutu sukar untuk digambarkan dikarenakan banyaknya interaksi
yang terjadi antara berbagai bahan gizi selama dan setelah penyerapan didalam
pencernaan ikan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari kegiatan praktikum Nutrisi Ikan
adalah untuk mengetahui kandungan gizi pakan yang akan diberikan pada ikan
budidaya dan bagaimana cara pembuatan pakan tambahannya. Kegunaannya adalah
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa tentang cara pembuatan pakan
tambahan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Pakan
Menurut
Mudjiman (2001), Makanan
buatan merupakan makanan yang dibuat dengan bentuk khusus sesuai keinginan dan
diramu dari berbagai macam bahan. Lebih lanjut ditambahkan bahwa ada beberapa
keuntungan dari pemberian pakan buatan yakni Pembudidaya dapat meningkatkan
produksi melalui padat penebaran tinggi dengan waktu pemeliharaan yang pendek, pembudidaya dapat
memanfaatkan limbah industri pertanian yang tidak terpakai untuk dijadikan
pakan.
Untuk
menunjang kelangsungan hidupnya dan juga untuk mempercepat pertumbuhannya, ikan
membutuhkan nutrisi yakni zat-zat gizi yang terdapat dalam pakan yang
diberikan. Setiap jenis ikan memiliki
kebutuhan nutrisi baik jumlah maupun komposisi yang berbeda-beda menurut
spesies, ukuran, jenis kelamin, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan. Zat-zat gizi tersebut dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yakni zat gizi yang menghasilkan energi dan zat gizi yang
tidak mengasikan energi (Afrianto, 2005).
Kecepatan
pertumbuhan ikan tergantung pada beberapa faktor dintaranya yakni jumlah
makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor
lainnya. Makanan yang dimanfaatkan ikan
sebagian besar digunakan oleh ikan untk memelihara tubuh dan menggantikan sel
yang rusak. Setelah itu baru digunakan
untuk pertumbuhan ikan. Suatu makanan
ikan, minimal mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pemberian makanan
tambahan dapat meningkatkan produksi ikan yang dipelihara sampai tiga kali
lipat disbanding dengan ikan yang hnaya memanfaatkan makanan alami (Asmawi,
1983).
Menurut
Djarijah (1998), pakan tambahan yang baik untuk ikan adalah pakan yang
mengandung kadar protein 20-40 %. Selain
dilihat dari kadar proteinnya, kulaitas dari pakan tambahan untuk ikan juga
ditentukan oleh kehalusan dari bahanya.
Semakin halus bahan baku pellet maka daya apung dari pelet tersebut akan
semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan ikan untuk memakannya juga
semakin panjang.
2.2
Bahan
Baku Hewani (Tepung Ikan)
Tepung ikan yang sudah memenuhi syarat dapat
disimpan untuk persediaan selama dibutuhkan. Kadar air dalam tepung ikan sangat
menentukan lama tidaknya tepung ikan tersebut dapat disimpan. Kelembaban gudang
penyimpanan dan ventilasi gudang mempengaruhi lama dan kualitas bahan
(Suriatna,1990).
Menurut Djangkaru (1974), tepung ikan
merupakan bahan makanan pokok ikan yang digunakan sebagai sumber protein hewan
dan mineral, terutama kalsium dan fosfor. Bahan makanan tersebut mengandung
protein yang memiliki kualitas jauh lebih baik karena mengandung asam amino
yang diperlukan untuk ikan, terutama methionin dan lisin.
Tepung
ikan yang baik berasal dari jenis ikan yang kadar lemaknya rendah. Bau khusus
suatu jenis ikan kadang juga mempengaruhi daya tariknya, sehingga lebih
merangsang. Untuk
meningkatkan bau yang merangsang, ikannya dapat kita fermentasikan lebih dahulu
menjadi bekasem. Ikan-ikan rucah (tidak bernilai ekonomis tinggi) dan sisa-sisa
hasil pengolahan biasanya merupakan bahan baku yang penting untuk pembuatan
tepung ikan. Secara
umum tepung ikan mengandung protein sebanyak 22,65% (Mudjiman, 2001).
2.3 Bahan Baku Nabati
2.3.1
Tepung Kacang Hijau
Tepung kacang hijau merupakan bahan
yang penting untuk menyusun ramuan
makanan ikan, karena
nilai biologisnya cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena biji kacang hijau mengandung asam
amino yang
paling esensial diantara asam-asam amino lainnya. Oleh karena itu, dalam
menyusun ramuan makanan ikan sebaiknya jangan melupakan tepung kacang ijo. Jumlahnya sebaiknya
tidak kurang dari 10 persen. Makanan
yang dicampur tepung kacang ijo
aromanya juga menjadi lebih sedap (Mudjiman, 2001).
2.3.2
Dedak Halus
Makanan
tambahan, umumnya berbentuk tepung yang agak kasar. Dedak halus (bekatul) cocok untuk makanan
tambahan. Dedak, selain dapat diberikan
secara langsung, juga digunakan sebagai bahan campuran membuat pakan bagi ikan. Kandungan gizi dedak halus (bekatul) yang
terbanyak adalah karbohidrat yaitu 28,26% (Kasno, 1990).
Dedak halus (bekatul) menurut Djarijah (1998),
sebaiknya dipilih yang masih segar dan tidak tercampur dengan potongan sekam.
Bekatul harus kering dan tidak kasar. Bila bekatul digenggam, akan terasa
lembut (halus) dan gumpalannya mudah pecah. Kondisi seperti ini berarti bekatul
cukup baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Tingkat
kesegaran bekatul diketahui dengan mencium baunya. Bekatul segar berbau beras
dan tidak berbau apek atau amoniak yang menyengat.
2.3.3 Tepung
Terigu
Menurut Mudjiman (2004), bahwa tepung terigu berasal dari hasil
olahan biji gandum. Disamping kegunaannya sebagai sumber energi dalam pakan
ikan, tepung terigu juga berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan yang
dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air.
Tepung terigu merupakan bahan baku yang umum
digunakan dalam proses pembuatan pakan ikan. Selain mempunyai kandungan nutrisi
yang tinggi, juga berfungsi sebagai perekat. Tepung terigu mempunyai kandungan
protein 8,9 %, lemak 1,3 %, karbohidrat 77,3 % dan air 12 % (Djajasewaka,
1985).
2.3.4 Tepung Jagung
Kita mengenal dua macam jagung, yaitu jagung
kuning dan jagung putih. Jagung kuning mengandung protein yang tinggi, dengan
daya lekat yang kurang. Warnanya agak kekuning-kuningan, kuning muda, atau
kecoklat-coklatan. Jagung putih berwarna putih agak keabu-abuan. Kandungan
protein dan energinya rendah, dengan daya lekat yang tinggi. Sebagai bahan makanan ikan, jagung
termasuk sukar dicerna. Bahkan mereka dapat menghambat pertumbuhan, walaupun
kesehatan ikan tidak terganggu. (Sumeru, 1980).
Menurut Suriatna (1990), bahwa jagung yang
digunakan dalam penyusunan komposisi makanan ikan harus dalam bentuk jagung
giling yang halus agar nantinya memudahkan pencampuran sehingga dapat diaduk
merata. Penggunaan jagung sebagai bahan makanan ikan berkisar antara 10 % - 30
%, apabila penggunaannya terlalu banyak
dapat menyebabkan kandungan protein pakan ikan rendah dan kandungan karbohidrat
tinggi. Hal ini dapat menyebabkan zat-zat makanan yang terkandung di dalam
makanan tidak seimbang terutama untuk protein dan energinya.
2.4 Bahan Tambahan (vitamin)
Afrianto
(2005), Vitamin merupakan senyawa organik yang penting bagi pertumbuhan,
reproduksi dan kesehatan ikan serta sebagai pemacu metabolisme dalam tubuh
ikan. secara umum vitamin dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam
air. Golongan vitamin yang larut dalam
lemak yakni vitamin A, D, E, dan K sedangkan vitamin yang larut dalam air yakni
vitamin B dan C. Penggunaan vitamin
dalam pakan buatan menggunakan
premix (vitamin mix). Premix atau
vitamin mix di formulasi untuk mengganti vitamin yang tidak tersedia secara
lengkap atau hilang selama proses pembuatam pakan.
2.5 Alat Pembuat Pakan
Mesin pencetak pellet ada dua macam; pencetak pellet basah
dan mesin pencetak pellet kering. Biasanya mesin pencetak basah tidak bisa
untuk mencetak pellet kering akan tetapi mesin pencetak pellet kering bisa
mencetak pellet basah.
Desain
pencetak pellet basah umumnya lebih murah dan mesin ini banyak di buat dalam
negeri oleh bengkel-benkel industri kecil tapi, ada juga diantara mereka yang
memproduksi mesin pencetak pellet kering dan harganya dua sampai tiga kali
lipat, karena pembuatanya lebih mahal (http://ikannila.com/index.htm).
III. METODE PRAKTEK
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan
dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 8 Desember 2011 dimulai pada pukul 10.00 WITA sampai dengan
selesai. Bertempat di Laboraturium Perikanan,
Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako,
Palu.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Nutrisi
Ikan adalah sebagai berikut:
1.
Loyang
plastik,
2.
Baki,
3.
Timbangan, dan
4.
Gilingan daging.
Bahan
yang digunakan adalah:
1.
Tepung ikan =
204,54 gr
2.
Dedak halus =
118,38 gr
3.
Tepung terigu =
115,25 gr
4.
Tepung kacang hijau = 316,07
gr
5.
Tepung jagung =
225,76 gr
6.
Air secukupnya.
3.3
Prosedur Kerja
Prosedur
kerja yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ikan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung
komposisi bahan pakan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Menimbang
semua bahan yang sudah sesuai dengan takaran yang telah diperoleh dari hasil
perhitungan, kemudian memasukkannya kedalam ember.
4. Mencampur
semua bahan dan mengaduknya hingga rata, kemudian menambahkan air sedikit demi
sedikit hingga bahan tersebut menjadi seperti adonan kue.
5. Menggiling
adonan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil kegiatan praktikum Nutrisi Ikan yang dilakukan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Presentase
Bahan Protein
No.
|
Bahan
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Tepung Ikan
Tepung
Kacang ijo
Tepung Terigu
Dedak Halus
Tepung Jagung
|
22,65
%
35,00 %
11,05
%
11,35 %
25,00
%
|
Kandungan :
Protein = 35 %
Vitamin mix = 2% = 20 gr
∑ pakan = 1 kg = 1.000 gr
= 1.000 gr – 20 gr
= 980 gr
Penyelesaian
:
1.
Protein Suplemen
Tepung Ikan = 22,65 %
Tepung Kacang ijo = 35,00 %
Tepung jagung =
25,00 % +
|
Komposisi Protein Suplemen =
= 27,55 %
2.
Protein Basal
Tepung Terigu = 11, 05 %
Dedak halus = 11, 35 % +
22,40 %
Komposisi Protein Basal =
= 11,20
%
11,20 % 7,45 %
35 %
27,55 % 23,8 % +
31,25 %
·
Kebutuhan Protein Basal
= X 100 %
= 23,84 %
·
Kebutuhan protein Supplemen = X
100 %
= 76,16 %
ü
Kebutuhan Protein Basal = X 980 gr
= 233,63 gr
ü
Kebutuhan Protein Suplemen = X 980 gr
= 746,37 gr
Jadi, jumlah bahan yang akan
digunakan adalah sebagai berikut :
§
Protein Basal
1. Dedak Halus : X
233,63 = 118,38 gr
2. Tepung Terigu :
X
233,63 =
115,25 gr
§
Ptotein Suplemen
1. Tepung Ikan : X
746,37 = 204,54 gr
2. Tepung Kacang ijo : X
746,37 = 316,07 gr
3. Tepung jagung :
X 746,37 = 225,76 gr
4.2 Pembahasan
Formula pakan ikan didasarkan pada kandungan protein, lemak
dan serat. Formula ikan dapat dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan kebutun
ikan, pakan ikan untuk anak ikan atau benih akan membutuhkan 50% protein,
8% lemak,. Sedangkan untuk ikan dewasa membutuhkan protein antara 25-30%
protein, lemak 7%. Hal penting yang harus di perhatikan dalam membuat
formula pakan ikan adalah ketersediaan bahan-bahan untuk membuat pellet
ikan tersebut harus ada secara terus menerus. Jangan menggunakan bahan
yang ketersediannya terbatas atau musiman. Formula ikan yang berubah-ubah akan
dapat menurunkan selera makan ikan dalam waktu sementara yang akan berakibat
pada pertumbuhan ikan yang lambat (http://ikannila.com/Bagaimana%20Membuat%20
Formula%20Pakan%20Ikan.htm).
Pemberian nutrisi bagi organisme budidaya dimaksudkan agar makanan
yang diberikan pada organisme peliharaan tersebut dapat tumbuh dengan optimal
dan dapat memberikan hasil yang baik dan memuaskan. Pemberian makanan tersebut
harus diperhatikan dengan makanan yang memenuhi syarat gizi yaitu protein,
vitamin dan mineral. Akan tetapi karena
faktor keterbatasan dalam praktek ini kami
hanya melakukan penambahan vitamin sebanyak 2% atau sekitar 20 gr dari dari
total bahan yang digunakan yaitu 1 kg. Pemberian nutrisi pada organisme budidaya melalui makanan, harus
diberikan sesuai dengan umur dan ukuran ikan serta jenis ikan.
Ketersediaan pakan dan nutrisi sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan. Jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan setiap
harinya berhubungan erat dengan ukuran berat dan umurnya. Faktor lain yang
menentukan tambahan nutrisi harian adalah perbedaan lingkungan, terutama suhu
air. Perubahan suhu air akan berpengaruh secara langsung terhadap nafsu makan
ikan.
Ikan, pada umumnya seperti mahluk bertulang belakang lainnya yang juga
memerlukan berbagai jenis gizi untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan
untuk dapat hidup dan berkembang. Berbagai kandungan gizi pada pakan ikan
memiliki fungsi tersendiri, yaitu untuk menjaga ikan agar tetap hidup dan
tumbuh. Protein, Lipid, dan Karbohidrat sangat diperlukan untuk menyediakan
energi. Disamping itu protein pada khususnya diperlukan untuk pertumbuhan. Oleh
karena itu, komposisi pakan ikan memegang peranan yang sangat penting. Sebagai
contoh, protein yang diberikan pada ikan harus dapat menyediakan semua asam
amino esensial yang diperlukan, lipid juga harus mengandung jenis asam lemak
yang tepat. Berbagai jenis hara lainnya juga diperlukan tetapi jumlah
keperluannya sangat sedikit.
Dalam hal pembuatan makanan ikan, pertama-tama kita perlu
memperhatikan tentang pemilihan bahannya. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah
diolah, tidak mengandung racun, harganya relatif murah dan yang terpenting
bukan merupakan makanan pokok manusia sehingga nantinya tidak menimbulkan
saingan.
Untuk mengetahui nilai gizinya, seharusnya kita harus melakukan
pemeriksaan kimia di laboratorium. Akan tetapi dalam praktek ini hal tersebut
tidak dilakukan, melainkan hanya berdasarkan daftar komposisi yang sudah
merupakan hasil penelitian para ahli.
Seluruh komponen bahan pakan ikan sebaiknya dibuat dari bahan baku
yang masih baru. Untuk dedak halus (bekatul) dipilih yang masih segar dan tidak
tercampur dengan potongan sekam. Tepung ikan sebaiknya dipilih yang berkualitas
baik. Sedangkan untuk tepung jagung yang baik adalah yang berwarna putih atau
kuning sesuai dengan warna butiran jagung.
Pekerjaan meramu bahan pakan ikan adalah menyusun jumlah setiap
komponen dan menimbang beratnya dengan menggunakan metode kuadrat sehingga
didapatkan hasil yang benar. Atas dasar kandungan proteinnya, bahan pakan ikan dibedakan
menjadi dua macam, yaitu bahan protein basal berasal dari bahan nabati yang
kandungan proteinnya di bawah 20 %.
Yaitu : dedak halus sebanyak 118,38 gr dan tepung terigu sebanyak 115,,25 gr. Sedangkan bahan protein suplemental berasal
dari bahan hewani dan nabati yang kandungan proteinnya di atas
20 %, yaitu : tepung ikan sebanyak 204,54 gr, tepung kacang
hijau sebanyak 316,07 gr dan tepung jagung sebanyak 225,76 gr.
Pembuatan pakan ikan menurut Djarijah (1998), tidak mutlak harus
disesuaikan dengan hasil perhitungan formulasi tersebut, tetapi
komponen-komponen penyusunannya tidak boleh menyimpang.
Setelah jumlah setiap bahan ditentukan, dalam praktek dilakukan
penimbangan bahan-bahan tersebut dengan menggunakan timbangan kue karena jumlah
bahan yang digunakan hanya sedikit. Apabila ingin membuat jumlah pakan yang
banyak sebaiknya digunakan timbangan yang mempunyai kapasitas besar. Pengadukan
dalam jumlah kecil cukup menggunakan tangan atau centongan nasi sampai
bahan-bahan tersebut dapat tercampur homogen (merata) dan ditambahkan air panas
sedikit demi sedikit sampai adonan berbentuk pasta dan lebih memudahkan pada
saat penggilingan.
Pencetakan adonan diawali dengan memasukkan campuran bahan yang telah
berbentuk pasta dan tercampur secara merata kedalam alat penggiling daging (meat mincer). Bahan baku yang telah tercetak
menjadi pellet kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari atau
diangin-anginkan saja. Pengeringan ini berfungsi untuk menurunkan kadar air
yang terkandung di dalam pakan atau pellet sehingga menjadi minimal dan stabil.
Dengan demikian pakan tersebut tidak mudah ditumbuhi oleh jamur.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pellet dapat berasal
dari bahan hewani (tepung ikan) dan nabati (tepung terigu, tepung jagung,
tepung kacang hijau, dan dedak halus).
2.
Jumlah vitamin yang digunakan dalam pembuatan pellet yaitu
2%, atau sekitar 20 gr dari total bahan yang digunakan.
3.
Tepung terigu dan dedak halus termasuk dalam protein basal,
karena jumlah masing-masing bahan yang digunakan dibawah 20% sedangkan tepung
ikan, tepung jagung dan tepung kacang ijo termasuk dalam protein supplement,
karena jumlah masing-masing bahan yang digunakan
diatas 20%.
5.2
Saran
Sebaiknya
dalam pembuatan adonan pellet,
penambahan air harus dilakukan sedikit demi sedikit untuk menghindari terjadinya pengenceran
adonan. Sehingga pada saat pencetakan pakan tidak mengalami masalah.
|
Afrianto, E. 2005. Pakan
Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan
Ikan dalam Keramba. PT Gramedia. Jakarta.
Djajasewaka
H., 1985. Teknologi Pakan Ikan. Yasa
Guna : Jakarta.
Djangkaru
Z., 1974. Makanan Ikan. Kanisius :
Yogyakarta.
Djarijah
S., 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan.
Kanisius : Yogyakarta.
Kasno,
S., 1990. Memelihara Ikan Bersama Udang.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Mudjiman,
A., 2000. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
________,
A., 2004. Makanan Ikan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sumeru.
U.S., 1992. Pakan Udang Windu. Kanisius,
Yokyakarta.
Suriatna.,
1990. Makanan Ikan. ITB : Bandung.
Diakses pada 11 Desember 2011, Pukul
20.10 WITA.
http://www.geocities.com/wpurwakusuma/usaha_budidaya.html.
di akses pada tanggal 14 Desember 2011 pukul
15.30 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar